Cerita ini berlatar tanggal 26 kemarin. Saya bangun seperti biasa dan seperti biasa pula, yang saya lakukan adalah langsung meninjau meja makan. Saat saya sedang sibuk mencomot makanan, mama berkata, "Oh iya, sekarang Rijal ulang tahun!". Ups, saya baru ingat (memang sering begitu, kan? Sepanjang tahun kau tahu pasti tanggal ulang tahun seseorang, namun saat hari H kau lupa sama sekali dan baru sadar besoknya saat tanpa sengaja melihat kalender).
Rijal itu adik saya. Kami cuma berbeda satu tahun. Saat dia bangun, mama langsung memeberinya selamat dan segala macam doa yang panjang-panjang. Setelah itu papa menyusul. Lalu tiba giliran saya (seharusnya).
Saya menolak. Alasan saya?
"Dulu juga dia ga nyelametin saya," jawab saya cuek.
Yah, sebenarnya bukan itu juga sih alasannya. Memang susah bersikap pada adik yang hanya berbeda satu tahun. Saudara kembar bukan, tapi dia juga tidak menganggap saya kakak (sedangkan saya sangat menganggapnya sebagai adik yang harus menurut pada kakaknya). Agak canggung saja dan jelas saya malu kalau harus mengucapkannya di depan mama papa.
Pada akhirnya saya tetap tidak mengucapkan sepatah kata selamat pun. Namun, tidak ada yang menganggap serius masalah itu. Tidak Rijal, tidak mama, tidak pula saya.