Namun, saya sudah bertekad sejak lama bahwa liburan kali ini harus saya manfaatkan dengan baik. Berbagai kegiatan telah terdaftar dalam "Daftar Kegiatan Liburan" saya (walaupun sepertinya hanya hangat-hangat tai ayam saja). Saya tidak mau liburan saya berlalu begitu saja seperti liburan-liburan saya sebelumnya. Maka saya memutuskan untuk segera pulang ke rumah orang tua saya di Bekasi dengan berbagai rencana menumpuk di otak saya. (Meskipun begitu, saya akui hari-hari kosong itu betul-betul tidak berguna. Saya benar-benar hanya mengurung diri di kamar menonton DVD sejak bangun hingga tidur selama beberapa hari sebelum akhirnya saya memutuskan pergi ke Bekasi. Sebetulnya saya juga sudah agak bosan tinggal bersama kakek-nenek saya, saya ingin mencicipi lagi masakan mama.)
Jadi begitulah tanggal 24 lalu papa bersedia menjemput saya (dan adik saya) ke Bandung setelah bekerja setengah hari (memang hanya setengah hari, kok, besoknya kan natal). Yah, pokoknya akhirnya kami tiba di rumah Bekasi dengan selamat (dan perut kenyang,karena kami membeli makanan AW di pemberhentian). Saya langsung mencicipi sup daging buatan mama(ya, dengan perut kenyang saya masih menyempatkan diri) dan kami sekeluarga lalu duduk di depan TV. Benar-benar hanya duduk di depan TV yang menyala karen TV itu tidak kami tonton. Kami sibuk bercengkrama mengobrol hal-hal yang tidak terlalu penting (tidak perlu penting kan, toh ini hanya semacam reuni bukannya diskusi).
Malam itu akan menjadi malam yang menyenangkan kalau saja tidak terjadi perdebatan sengit antara saya dan papa. Perdebatan konyol yang membahas pemenang Asian Idol itu benar-benar membuat saya gondok. Papa saya mendebat seakan saya sama sekali tidak mengerti hikmah kejadian itu : bagaimana mengambil hati orang. Tentu saja saya mengerti bahwa hal itulah yang menjadi kelebihan sang pemenang. Saya hanya ingin mengungkapkan bahwa betapa peserta yang lain memiliki kualitas yang lebih baik, sementara papa terus mendebat saya (setiap kali sebelum saya selesai bicara, bisa bayangkan betapa kesalnya selalu disela seperti itu) bahwa bukan kualitas yang penting bla-bla-bla. Sementara saya berkata "iya" setiap kali dia berbicara, dia sibuk menyela saya dengan "tapi". Meskipun begitu, saat mau tidur saya sudah melupakan rasa kesal itu (walaupun selalu muncul lagi ketika saya membahasnya seperti ini).
Satu kebodohan lagi yang saya (atau tepatnya adik saya) lakukan. Rencana liburan yang begitu sempurna harus saya jalankan tanpa kamera. Kamera itu tertinggal begitu saja di kamar adik saya yang berpikir bahwa kamera tidak penting saat liburan. Oh, terserahlah.
heh lid !
BalasHapusoh man . itu postingan apa essay ? haha . bcanda neng XDD
nyaa .. kitu weh , rapotna . butut . tapi, FISIKA SAYA 79 ! edan , amazing , hahahaha !
hmm .. tampilannya ? haha . bagus kaan . maw tau caranya ?
visit www.blogskins.com , haha !
isinya tampilan2 blog semua <3
haha ga tau tuh pas udah nulis tiba-tiba jadi banyak
BalasHapus