Bukan, saya sekeluarga bukan orang pemerintah yang ikut meramaikan program Visit Indonesia 2008 bla bla bla. Lagian program resminya harusnya udah rampung lha wong judulnya 2008. Buta. Saya buta akan wacana pariwisata di negeri sendiri, termasuk kota Palembang. Dengan lugu(bodoh)nya saya bertanya pada adik saya(yang suka sok pintar tp 'rada' lebih pintar dari saya), "Jal, Palembang tuh di mana sih?". Oke, sepertinya geografi saya yang jelek.
"Ke Palembang aja, mama mau beli pempek sekoper," usul(sekaligus keputusan) saat kami sekeluarga mendiskusikan liburan ini akan dipakai untuk apa.
Jujur, saya sama sekali tidak tertarik pada daya tarik kota Palembang yang memang tidak saya ketahui. Tertarik atau tidak, inilah wisata keluarga saya tahun ini(akan adakah wisata lain lagi tahun ini?semoga).
Inilah kisah per-wisata-an kami.
8-10 Januari 2009
Palembang, Sumatera Selatan
Yah, lumayan kan pengetahuan saya(sedikit) bertambah. Setidaknya sekarang saya "ngeh" Palembang itu di Pulau Sumatera. Plizz...Semoga dapat menambah pengetahuan Anda supaya tidak jadi seperti saya kelak..hhaha
AWALAN
Pemberangkatan dari Soekarno-Hatta lebih cepat dari jadwal! Waah..Keajaiban..bukan?
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
Dari bandara, kami langsung menuju Horison Palembang yang untungnya menyediakan Free Airport Pick Up. Sayang, sang supir tidak terlalu ramah dan pendiam. Sebagai satu2nya orang yang menyambut kami yang asing ini, harusnya dia-lah yang memberi perkenalan terhadap kotanya ini. Ya sudaah..liat2 saja sendiri(dari jendela mobil), sepertinya itulah yang tersirat dari sikapnya.Ok.Thx.
Apa yang pertama dilakukan sekeluarga yang sama sekali buta arah tapi ingin menuju tempat makan khas Palembang? Bertanya kepada tukang becak. Ok, bertanya saja tidak apa2, tapi kalau sampai pergi ke tempat yang jauh dengan melewati jalan raya di mana tidak ada becak melintas karena logikanya pasti sangat berat(arti harfiah) bagi seorang tukang becak untuk menggoes di jalanan yang naik turun seperti gunung dan pada akhirnya harus membayar Rp50ribu untuk satu becak(kami menggunakan 3 becak, God..), ITU SANGAT TIDAK MASUK LOGIKA SAYA.
Awalnya, si mama asal saja menentukan RM Pindang Mranjat Ibu Ucha di Jln. Demang Lebar Daun yang tercantum pada peta wisata dan bertanya kepada tukang becak yang sepertinya salah mengerti(apa karena beda logat dan bahasa?). Kami malah diantarkan ke RM Pindang Musi Rawas yang memang tidak terlalu jauh dari hotel(dan juga tercantum di peta wisata, berarti cukup terkenal juga, kan?). Si Mama ngotot ingin ke tujuan awal YANG TERNYATA SI TUKANG2 BECAK juga pada ga tahu di mana. Susur...susur saja terus jalanan yang sudah saya deskripsikan sebelumnya. Ditemani dumelan saya sepanjang jalan.
WISATA KULINER
Itulah sebagian besar yang saya sekeluarga(yang isinya para pemakan rakus kecuali mama) lakukan di Palembang. Rangkumannya:
- Pindang: Patin, Tulang, Udang. Tulang? Ternyata adalah semacam iga/buntut sapi. Pindang yang saya rasakan di Ibu Ucha rasanya seperti TomYam dan berkuah merah, sedangkan di Mahkota Indah(katanya RM khas Palembang pertama) agak lebih hambar dan berkuah kuning. Udang2 yang disajikan di Palembang juga kelas kakap semua alias besaaar.
- Tempoyak: seperti pepes ikan dengan bumbu durian. Ok karena saya tidak suka buah termasuk durian yang "khas", saya tidak mencoba.
- Ikan Malas/Betutu: Ini sih beli di restoran hotel.Tekstur dan rasanya seperti daging kepiting. Tapi ikan.
- Pempek: EK Dempo dan Nony.
Kalau ingin mencoba pempek asli dari ikan belida tanpa campuran(ikan lain)sehingga tidak terlalu amis, dan pempek isi telur bebek, belilah di EK Dempo meskipun tentu lebih mahal. Pempek buatan Nony lebih murah namun lebih amis. Tergantung selera sih. Enaak(sampai sekarang masih ketagihan).
- Mie Celor: Di Mie Celor 26. Unik, seperti spagheti dengan kuah kental yang agak manis dan potongan telur. Mungkin ada campuran susu? Ada juga serpihan2 daging udang dan sayur-sayuran. Ya, serpihan alias kecil2 sekali. Itu juga kalau ga salah lihat.
- Martabak HAR: Saya membelinya sama si mama di Toko Kopi HAR Jln Jend. Sudirman dekat Masjid Agung. Martabak telur. Benar2 terdiri dari 2 lapisan: atasnya lapisan telur yang tebal, bawah lapisan tepung. Disirami kuah kari yang rasanya seperti kuah sate padang dengan hancuran kentang. Nikmat, walaupun saya tidak lapar, saya sanggup menghabiskannya.
- Lempok Durian: Semacam dodol durian lah, manis, kenyal, coklat(warnanya).
- Es kacang merah: Favorit saya! Seperti es campur, tentu rasanya manis dengan campuran susu. Isinya cendol, tape, cincau, dll layaknya es campur, tapii tapi tapi ya jelas ada KACANG MERAH nya yang surprisingly melengkapi rasa dengan kegurihannya. Wuiih. Cuma, kami minta diantarkan ke ES MAMAT eh malah sampainya di ES MEMET. Ini apa peta wisatanya yang salah cetak apa gimana. Ya sudah, enak kok.
- Apa lagi ya: Jelas ga ada makanan yang namanya apa lagi. Apa lagi pakai "ya".